Minggu, 10 Maret 2013

Mr. Know It All

Diposting oleh Debby Sylvania Harlian di 21.45 0 komentar
    Aku yang duduk tepat di sebelahmu hanya diam, tak tahu harus berkata apa. Otakku terus berpikir, mencari kata yang tepat agar dapat bicara denganmu. Sejujurnya aku punya beberapa pertanyaan saat itu, hanya pertanyaan basa-basi memang, namun aku ingin menanyakannya padamu agar aku bisa berbicara denganmu. Tetapi, setiap aku mendongak dan melirikmu yang duduk tepat di sebelahku, tenggorokanku terasa tercekat, kehilangan suara, dan mulut terkunci rapat-rapat. Separah inikah aku di dekatmu?

   Lalu kuputuskan untuk tetap diam, karena aku memang hanya bisa diam. Tapi kemudian, kau memanggilku dan menyuruhku untuk memperhatikan sesuatu yang kau buat saat itu. Aku tersenyum, melihat kau sibuk menyusun stik-stik kecil itu, lalu aku bilang kalau aku setuju dengan idemu. Tapi tidak dengan orang disekitarku, mereka tidak setuju dengan idemu itu. Tahukah kau betapa aku membelamu saat itu? Aku bahkan berdebat dengan mereka hingga suaraku nyaris habis.

   Namun kemudian, kau ikut kesal padaku dan kita pun berdebat saat itu. Tahukah kau, kalau aku tidak pernah bisa marah kepadamu, walau apapun yang kau lakukan? Mungkin memang aku sering marah di depanmu, namun memang hanya itu yang dapat kuperbuat agar bisa berbicara denganmu. Semua tidak akan berjalan baik jika kita berbincang secara baik-baik, karena aku pasti gugup dan hanya bisa diam atau tersenyum kecil. Karena itulah aku berlagak kesal setiap berada di dekatmu.

   Mungkin kau sudah tahu perasaanku, tidak, kau memang sudah tahu. Sudah sangat tahu. Saat kita berdebat waktu itu, aku menyerah, dan aku terdiam, lalu tiba-tiba kau membuat rangkaian yang membentuk huruf ke 18 dari abjad, inisial namamu. Kemudian aku mendengus, hanya berpura-pura tentunya. lalu aku mengejek huruf dari stik itu. Namun tanggapan darimu sungguh mengejutkan, kau bilang dengan jujur dan terang-terangan, kalau kau tahu bahwa aku menyukai orang dengan inisial "18" itu. Dan jelas sekali aku paham maksudmu, kau ingin mengatakan kalau kau sudah tahu kalau aku menyukaimu, kan?

   Aku tak bisa menanggapi perkataanmu itu, seketika aku merasa lemas, sesak, jantung berdebar, dan tidak berani menatapmu. Hebat, aku kagumi kehebatanmu. Aku pun mulai memanggilmu Mr. Know It All. Karena kau banyak tahu. Bagaimana kau bisa tahu perasaanku? Bagaimana kau bisa menebak dan mengungkapkannya dengan begitu mudah? Sebegitu terlihatkah rasa sukaku padamu ini? Entahlah, aku tak tahu bagaimana menjadi dirimu.  Namun, walaupun kau sudah mengetahui perasaanku, aku senang karena kau masih menghargainya, setidaknya kau tidak menghindariku atau membuangku begitu saja.

   Thanks. Mr. Know It All

Jumat, 08 Februari 2013

You, or Just My Self?

Diposting oleh Debby Sylvania Harlian di 04.59 0 komentar
  Perlukah aku bertanya, bagaimana bisa aku jatuh cinta padamu?
  Perlukah aku bertanya, bagaimana bisa kau membuatku jatuh cinta padamu?
  Aku tahu aku sudah jatuh cinta padamu, tapi, seharusnya semua ini bisa diakhiri bukan?
  Ya, aku sudah mencoba mengakhirinya, mengakhiri perasaan ini, bahkan saat kali pertama aku tersadar bahwa aku mencintaimu.
  Namun, kenapa justru disaat perasaan itu mulai hilang, kau kembali muncul dalam hidupku?
  Dan, aku juga tidak bisa menghapus perasaan ini, aku mengakui itu.
  Aku tahu perasaan ini salah. Perasaan ini telah menyakiti banyak orang, termasuk diriku sendiri.
  Jika memang kau yang membuatku jatuh cinta, bisakah kau mengahapus perasaan itu dari hatiku? Bisakah hidupku kembali seperti semula, sebelum aku mengenal dan jatuh cinta padamu?
  Atau mungkin, diriku sendiri yang membuatku mencintaimu?
  Mana yang benar? Entahlah.
  Jika aku bisa meminta, aku hanya ingin meminta dua hal :
  Pertama, jika memang diriku sendiri yang membuatku jatuh cinta padamu, aku ingin bisa segera melupakanmu.
  Kedua, jika ternyata memang kau yang membuatku jatuh cinta padamu, aku tidak akan melupakanmu dan berharap kau bisa memilih aku.
  Lantas, manakah permintaanku yang akan dikabulkan?
  Entah, tapi aku lebih memilih yang kedua. Namun, jika yang pertama memang membuatku lebih baik, mungkin itulah yang seharusnya ku dapatkan :)

Senin, 04 Februari 2013

'EX' friend

Diposting oleh Debby Sylvania Harlian di 05.50 0 komentar

  Mantan.

  Sering aku –dan mungkin kau- mendengar kata tersebut.

  Biasanya, mantan identik dengan hubungan, status, atau jabatan seseorang. Namun, pernahkah kau mendengar istilah ‘mantan teman’? Mungkin, tapi aku tidak pernah menemukan istilah tersebut.

  Orang-orang bilang, tidak ada istilah mantan ibu dan mantan teman. Orang-orang juga bilang, apapun masalahnya, seberapa lamapun pertengkarannya, yang namanya teman pasti akan kembali dan menjalin hubungan ‘perteman’ itu denganmu lagi. Tapi disini, sekarang, dan karenamu, aku menemukan istilah itu : mantan teman.

  Ingatkah kau, kalau kita sudah sangat lama berteman? Bahkan mungkin bukan berteman lagi, lebih tepatnya ‘bersahabat’? Tak ingatkah kau, kalau kita dulu mengahabiskan waktu bersama? Mengumbar rahasia ‘hanya’ antar sesama kita? Bahkan sangat dekat dari pada saudara kandung kita sendiri?

  Mungkin kau ingat –dan aku yakin itu-. Tapi kau berkata lain. Aku yakin kau ingat, tapi kau tidak mau teringat dan tidak berusaha mengingat. Sifat keras kepalamu itu, sekarang berlaku untukku –teman dekatmu saat itu-. Bahkan, tidak aku atau dirimu, sama-sama tidak mengetahui apa masalah yang menyebabkan ada ‘jurang’ diantara kita ini. Lantas, mengapa kita tidak berteman ‘lagi’ saja?

  Entah.

  Hanya kata itu yang bisa kuucapkan. ‘Entah’. Karena aku –maupun kau- memang tidak tahu apa penyebabnya.

  Sadarkah kau, kalau banyak yang membantu mengembalikan pertemanan kita? Kau mungkin bertanya “siapa?”, maka aku akan menjawab “Tuhan, teman kita, bahkan orangtua kita.”

  Ya. Tuhan membantu kita, aku sadar itu –tapi entah dengan dirimu-. Tuhan sudah sering menciptakan berbagai peristiwa –yang mungkin kau anggap kebetulan-  yang membuat kita bersatu. Apa itu? “Kelompok”. Ya, kelompok. Sudah berapa kali kita disatukan ke dalam satu kelompok kerja yang sama? Tak terhitung. Bukti lain? “Sekolah, kelas, dan teman”. Kita disatukan dalam sekolah yang sama dan dalam satu kelas yang sama pula. Dan kita, disatukan oleh teman-teman yang –secara tidak langsung- menghubungkan kita satu sama lain.

  Teman kita, sengaja tidak memihak diriku maupun dirimu. Mereka tidak memihak karena mereka memang membantu menghubungkan kita kembali. Sadarkah kau? Mungkin tidak, karena kau merasa semua temanmu –yang juga temanku- hanya memihakmu.

  Dan orangtua. Ibumu maupun ibuku berteman juga. Mereka masih menjalin hubungan –walau tidak sedekat dulu-. Tahukah kau, kalau ibumu dan ibuku membantu mengembalikan hubungan kita? Ibuku selalu bertanya tentang hubunganku denganmu. Dan ibumu, selalu mengundangku untuk datang mengunjungi rumahmu. Dan sekali lagi, mungkin kau ‘juga’ tidak tahu.
Entah bagaimana, atau sampai kapan ini akan berakhir. Jika kau memang tidak membutuhkanku, maka aku pun berusaha untuk tidak membutuhkanmu dalam hidupku. Walau tiada istilah ‘mantan teman’, tapi dengan tingkahmu yang egois dan selalu lari dari masalah, aku –dan mungkin dirimu- dapat menyimpulkan kalau istilah ‘mantan teman’ memang terjadi dan berlaku diantara kita.  

For you "my beloved ex-friend" by (DSH)


Kamis, 10 Januari 2013

Dan, Mengapa Kita Berteman?

Diposting oleh Debby Sylvania Harlian di 05.11 0 komentar
Teman.

Terkadang kita berpikir mengapa kita berteman, atau mengapa kita menjadi teman, atau bahkan mengapa kita butuh teman?
Aku juga terkadang bingung, mengapa temanku mau menjadi temanku?
Apa karena aku menguntungkan bagi mereka? Apa karena mereka membutuhkanku? Atau mungkin mereka tidak punya alasan untuk menjadi temanku?
Beberapa orang memilih-milih teman mereka. Beberapa orang memiliki alasan tertentu untuk berteman dengan seseorang. Tapi aku berteman bagai air yang mengalir. Semua terjadi begitu saja. Bukan aku yang memilih untuk dipertemukan dengan teman-temanku, tapi Tuhan-lah yang memilihkan orang-orang itu untuk menjadi temanku. Setelah kami bertemu, keadaanlah yang selanjutnya membentuk hubungan kami. Awalnya kami di pertemukan dalam satu sekolah yang sama, kemudian diperkecil dngan disatukan dalam satu kelas yang sama, dan selanjutnya keadaanlah yang bertindak. Keadaan tersebut misalnya adalah keadaan saling membutuhkan, keadaan dimana kami harus bersatu, dan keadaan-keadaan lain.

Dan tanpa di sadarai, terciptalah hubungan itu, hubungan pertemanan. Bahkan tanpa diminta.

Jadi, tidak butuh alasan untuk berteman. Tidak butuh kriteria untuk memilih teman. Dan, tidak ada jawaban atas pertanyaan "mengapa kita berteman?". Karena sesungguhnya semua terjadi oleh tangan Tuhan, yang mempertemukan kita. :)
 

My Blog, My Own Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea